Batubara-sinyal.co | Tidak mudah menjalani kehidupan tanpa sibuk dengan berbagai pikiran, apa saja yang belum kita miliki, apa yang masih kurang. Tanpa sadar, sering kali membiarkan diri untuk lupa bersyukur kepada Maha Pemberi.
Meskipun Allah sudah memberikan begitu banyak nikmat-Nya, tetapi yang menerima tetap saja merasa kekurangan. Kita yang bernama manusia ini, beranggapan berlebihan dalam segala hal adalah biasa. Istilah “rumput tetangga lebih hijau” seolah-olah sedang mencerminkan penyakit tak kasat mata yang menjangkiti kejiwaan manusia.
Kata-kata negatif yang di kira sepele “Andai saja, kehidupanku enak seperti dia” Meracuni jiwa untuk berpikiran sempit terhadap nikmat-Nya. Sengaja ataupun tidak, kita sudah membiarkan diri menjadi pihak antagonis yang menjatuhkan mental sendiri.
Imbasnya, waktu lebih banyak memikirkan hal-hal yang membuat kurang bersyukur. Allah tidak pernah menciptakan sesuatu tanpa perencanaan yang tepat. Dia lebih mengetahui mudharat apa yang akan terjadi jika memberikan semuanya sekaligus. Kekurangan di mata manusia, sebenarnya adalah bentuk penjagaan Allah terhadap kita.
Allah lebih mengetahui sekuat apa mental makhluk-Nya dalam menghadapi fitnah dunia. Dalam surat Al-baqarah ayat 216 “Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui“.
Memiliki sifat qanaah adalah keharusan bagi orang-orang yang memiliki keimanan dalam hatinya. Secara bahasa, qana’ah memiliki arti merasa cukup atau rela. Sedangkan, jika secara istilah, qanaah mempunyai makna merasa cukup serta rela menerima pemberian Allah SWT.
Lawan dari sifat qana’ah adalah tamak, di dalam KBBI tamak memiliki arti selalu ingin beroleh banyak untuk diri sendiri. Sebanyak apapun yang manusia miliki, tidak akan pernah membuat jiwanya merasa cukup. Apabila tidak berbekal ilmu tentang qana’ah, keinginan untuk meraih hal-hal duniawi tidak akan pernah ada habisnya. Nikmat-nikmat Allah tidak bisa terhitung secara sempurna, sekalipun memakai rumus hitungan para ahli matematika terhebat di dunia.
Tidak akan berkurang sama sekali kekayaan Allah, walaupun kita tidak mau bersyukur atas pemberian-Nya. Allah tidak pernah membutuhkan apapun dari makhluk-Nya. Justru sebaliknya, kita yang selalu membutuhkan Allah dalam segala urusan.
Surat Luqman ayat 12 “Dan sungguh, telah kami berikan hikmah kepada Luqman” yaitu “Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah) maka sesungguhnya bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Terpuji“.
Mewujudkan semua keinginan mungkin akan menciptakan kebahagiaan. Tetapi, tidak semua yang kita inginkan akan diberikan oleh Allah. Jika kita bersyukur dan menerima pemberian Allah, maka tidak ada cela untuk hasad kepada orang lain. Lebih baik memfokuskan diri kepada apa yang bermanfaat untuk hidup. Selalu mengatakan kepada diri sendiri bahwa rencana manusia kalah hebat dengan apa yang sudah dituliskan oleh Allah.
Level bersyukur haruslah tetap sama ketika berada di rumah yang lapang maupun sempit, dompet penuh ataupun kosong. Dengan bersyukur dalam setiap kondisi apapun, akan membuat jiwa selalu lapang dan bahagia. Jangan lupa, untuk selalu meminta pertolongan kepada Allah. Berdoalah, agar terhindar dari penyakit “jiwa miskin yang meronta”.
Penulis : Ulfa Afliani (rahma.id)