Izhar Fauzi, S.H, Antara Gelar Kehormatan Hingga Benteng Akhir Budaya Melayu Di Kab. Batu Bara

Redaksi
By Redaksi
6 Min Read

Batubara-sinyal.co | Sekretaris DPRD Kab. Batubara yang saat ini di jabat oleh Izhar Fauzi, S.H kini resmi bergelar Datuk Maharadjha Sri Indera Muda ke VII. Acara penyematan Gelar tersebut di berikan oleh tokoh adat Melayu pada sabtu, (31/05/2025) di Desa Perupuk, Kecamatan Lima Puluh Pesisir, Kab. Batubara.

Dok. sinyal.co

Gelar Datuk Maharadjha Sri Indera Muda adalah gelar kehormatan yang di berikan kepada seseorang, terutama laki-laki, sebagai bentuk penghormatan dan tanda di akui sebagai tokoh pemimpin adat atau orang yang di tuakan dalam suatu masyarakat.

Di Minangkabau, gelar Datuk sangat di hormati dan hanya di berikan kepada laki-laki yang telah menjadi pemangku adat atau tokoh pemuka adat. Pasalnya, Meskipun Kab. Batubara adalah Wilayah Sejarah bagi Suku Melayu, namun sejarah mencatat bahwa banyak suku yang pernah mendiami Daerah ini seperti Suku Minangkabau, Suku Melayu Siak hingga Negeri Seberang Malaysia.

Namun, penulis membatasi pra sejarah Bagaimana kedatukan terbentuk di bekas wilayah Kabupaten Asahan ini, tulisan ini hanya berfokus pada apa yang harus di lakukan oleh mayoritas Suku Melayu Kab. Batubara pasca Izhar Fauzi, S.H di beri gelar Datuk Maharadjha Sri Indera Muda ke VII yang telah lama tenggelam oleh arus modernisasi hingga gelar ini hidup kembali.

Viralnya berita Izhar Fauzi, S.H mendapatkan Gelar Datuk Maharadjha Sri Indera Muda VII dari tokok-tokoh Adat melayu atau di kenal dengan Zuriat Kedatukan di beberapa Kecamatan di Kab. Batubara mendapatkan beragam rekasi positif.

Dok. sinyal.co – Izhar Fauzi, S.H di angkat sebagai Datuk Maharadjha Seri Indera Muda Ke-VII

Harapan Gelar Datuk Maharadjha Sri Indera Muda VII

Sebagai Datuk, Penabalan ini menjadi simbol bahwa adat istiadat Melayu di Kabupaten Batubara masih hidup dan di junjung tinggi di tengah perkembangan zaman.

Datuk bukan sekadar gelar, tetapi juga pemimpin yang harus bisa menjadi pelindung adat, penyejuk masyarakat, serta pemersatu lintas generasi.

Masyarakat setempat memaknai kegiatan ini sebagai bentuk penguatan jati diri dan pelestarian warisan leluhur, yang harus diteruskan kepada generasi muda.

Sebab, begitu banyak objek dan subjek yang wajib di akomodir oleh seorang Datuk di suatu wilayah Adat Melayu. Seorang datuk bisa melakukan upayah elaborasi budaya melayu dan tantangan zaman yang kian mengarah untuk hilangnya identitas adat daerah tersebut.

Sebut saja, jauh sebelum Izhar Fauzi menyandang gelar itu, Masyarakat Kab. Batubara sangat lama menanti Sentral tetua adat melayu Kab. Batubara yang hilang dan mungkin terlupakan.

Beberapa contoh yaitu banyaknya situs bersejarah Kabupaten Batubara yang tidak terawat dengan baik, kurangnya nilai-nilai budaya melayu di tanah melayu itu sendiri, hingga minimnya minat pemuda dan pelajar untuk menggali sejarah yang terkubur puluhan tahun tersebut.

Paling tidak, hanya sedikit yang dapat kita lihat peninggalan sejarah yang hingga kini masih di implementasikan oleh masyarakat Kab. Batubara seperti Jika ada pernikahan dan pesta besar lainnya saja hingga kini menggunakan pakaian adat melayu.

Padahal, Sejarah suku melayu yang mendiami keresidenan di Kabupaten itu masih banyak bisa di ekplor hingga di revitalisasi agar fakta sejarah tidak hilang di telan arus budaya antah berantah globalisasi dunia.

Benteng Akhir atas Kekosongan Nilai Budaya Melayu Kab. Batu Bara

Rasanya, tidak begitu puitis ungkapan bahwa Izhar Fauzi, S.H Gelar Datuk Maharadjha Sri Indera Muda VII sebagai sentral dan benteng akhir atas kekosongan Nilai Budaya Melayu Kab. Batubara yang kian hari, kian tahun semakin meninggalkan catatan sejarah nenek moyangnya oleh pemuda-pemuda melayu yang mendiami daerah tersebut.

Invansi kebudayaan barat, Pemugaran dan revitalisasi situs peninggalan budaya melayu yang masih bertahan, Re-generasi kembali, implementasi nilai budaya Melayu hingga Counter terhadap kebijakan Pemerintah Daerah agar senantiasa mendukung penuh kegiatan kebudayaan asal usul akn tentunya menjadi topik menarik.

Di samping sifat hedonis dan skeptis para pemuda melayu di Kab. Batubara terhadap budayanya sendiri, penulis meyakini masih banyak pemuda/i senantiasa peduli terhadap sejarah dan jati diri kesukuannya.

Beberapa tahun ini, Kab. Batubara mulai menggeliat soal adat dan mencoba membangkitkan kembali simbol-simbol Budaya Melayu di semenanjuk Selat malaka ini. Di antaranya yaitu kegiatan Bertanjak yang di lakukan setiap tahunnya, mengakomodir kampung tenun dan songket, hingga kegiatan-kegiatan pemerintah yang menggunakan pakaian adat melayu dan lain sebagainya.

Dok. sinyal.co – sesi setelah penabalan Gelar Datuk Maharadjha Seri Indera Muda Izhar Fauzi, S.H Ke – VII

Harapan generasi muda suku melayu tentang hadirnya sosok Izhar Fauzi, S.H sebagai Datuk Maharadjha Sri Indera Muda VII di harapkan memberi ruang agar generasi muda maupun masyarakat lainnya dapat mengadu nasib kebudayaan hingga tempat berkeluh kesah agar suku melayu tetap hidup subur di alam arus modernisasi yang tak terkendali.(Malik)

Share This Article
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *